Saturday 21 July 2012

Sindroma Lobus Frontalis

oleh : Fritz Sumantri Usman


Abstrak :
Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan aspek tingkah laku . Sindroma  lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma ini diantaranya adalah  cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan akibat pembedahan karena aneurisma. Manifestasi klinis yang timbul amat beragam  namun berinti pada ketidakmampuan untuk mengatur perilaku . Terapi yang kita lakukan sampai saat ini adalah  mengobati penyakit yang mendasari dari terjadinya sindroma lobus frontalis tersebut , konselling keluarga , dan pembedahan bila diperlukan .
Kata kunci : sindroma lobus frontalis  - penatalaksanaan
Abstract :
Frontal lobe is the biggest lobe from our brain , and related to behavior aspect . Frontal lobe syndrome is behavioral changes, emotion, and personality, caused by frontal lobe damage . Several caused could make frontal lobe syndrome like a traumatic brain injury, tumours, fronto temporal dementia, or post surgery aneurism. Clinical manifestation have various type, but  based on unable to manage behavioral. Therapy for this syndrome stress on its underlying desease, family councelling, and surgery .
Keywords : Frontal lobe syndrome – management

Pendahuluan
            Fungsi  lobus  frontalis berhubungan dengan aspek tingkah  laku dan berpengaruh  dalam  mewujudkan kepribadian dan adaptasi  sosial . Suatu  trauma kepala sering kali menimbulkan  sindroma  lobus frontalis dan memberikan manifestasi  klinis yang bermacam macam sehingga sulit untuk  membuat diagnosa klinis .(1,3) Gejala yang ditimbulkan sering dikacaukan dengan gejala psikiatrik . Pasien dengan lesi lobus frontal yang timbul perlahan lahan sering menimbulkan gejala yang samar ; diperlukan pemahaman  tentang fungsi  lobus  frontalis dan sindroma yang terjadi untuk mengevaluasi suatu keadaan sindroma lobus frontalis, karena gangguan status mental berupa gangguan memori, gangguan atensi, perubahan tingkah laku, gangguan fungsi control dan eksekusi , merupakan gejala yang penting pada lobus frontalis, selain gangguan akibat kenaikan tekanan intracranial.(1,2,3,4,5)

Etiologi dan patofisiologi
            Sindroma  lobus  frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma ini diantaranya adalah  cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan akibat pembedahan karena aneurisma .(1)
Faktor penyebab utama dari sindroma lobus frontalis sampai saat ini masih cedera kepala . Walaupun angka insidens yang pasti sulit didapat , namun para penulis cukup sepakat akan hal tersebut .(1,3,4)
.
            Lobus  frontalis  merupakan sepertiga  bagian  dari  kortek serebri manusia . Setiap  bagian  lobus  frontalis dibagi  menjadi  3 daerah, yaitu  kortek motor primer , kortek premotor  dan  kortek prefrontal .(1,2,6)
Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan voluntary . Kerusakan pda daerah ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan . Kortek premotor berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan program program gerakan yang berurutan . Kortek pre frontal dibagi menjadi 3 regio yaitu , region orbito-frontal ( anterior lobus frontal ) , region dorsolateral, serta cingulum anterior .
            Terdapat lima sirkuit yang diketahui , yaitu : sirkuit motorik pada area motorik, sirkuit okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga sirkuit pada daerah kortek pre frontal ; yaitu sirkuit dorsolateral pre frontal, sirkuit orbitofrontal pre frontal,  serta cingulatum anterior . Setiap sirkuit mempunyai serabut proyeksi ke struktur striata ( nucleus caudatus, putamen, dan striatum anterior ) , dan dari striata berhubungan ke globus pallidus dan substansia nigra , proyeksi ke nucleus thalamus  dan kembali ke lobus frontal .
            Sirkuit dorsolateral  dimulai dari korteks pre frontal dorsolateral -à nucleus kaudatus  dorsolateral -à globus pallidus dorsomedial lateral -à nucleus thalamus dorsomedial dan anteroventral -à regio dorsolateral pre frontal . Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan gangguan fungsi eksekutif , diantaranya kesulitan mempelajari informasi baru , gangguan program gerakan motor, gangguan kelancaran verbal dan non verbal , gangguan untuk menyusun kembali bentukyang kompleks . Sirkuit ini menerima inpuls dari serabut afferent area prefrontal 4,6 dan area parietal 7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen dari sistim limbic diterima melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.
            Sirkuit orbitofrontal dimulai dari kortek orbitolateral -à nucleus caudatus ventromedial -à globus pallidus dorsomedial medial -à nucleus thalamus ventroanterior dan mediodorsal -à kortek orbitolateral . Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan gangguan disinhibisi , berupa gangguan perilaku berupa mudah , emosi yang labil dan obsesif kompulsif . Sirkuit ini  menerima serabut aferen dari area temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian sensorik heteromodal dan para limbic .
            Sirkuit cingulatum anterior dimulai dari kortek cingulatum anterior -à nucleus akumbens -à globus pallidus rostrolateral -à thalamus medio dorsal -à kortek cingulatum anterior . Kerusakan pada sirkuit ini ditandai dengan apati, penurunan kemauan dan tidak adanya emosi . Sirkuit ini menerima serabut afferent hipokampus , area enttorhinal 28 dan area perirhinal 35.(1)
            Selain sirkuit sirkuit diatas , juga terdapat jalur langsung dan jalur tidak langsung yang turut berperan dalam fungsi lobus frontalis .(1)
Manifestasi  klinis
Sindroma lobus frontalis adalah berupa gejala gejala ketidakmampuan untuk mengatur perilaku seperti impulsive, tidak ada motivasi, apati, disorganisasi, deficit memori dan atensi , disfungsi eksekutif,  ketidakmampuan mengatur mood-nya, mudah lupa, perkataan yang sering menyakitkan hati ataupun kotor, malas / tidak mau mengerjakan aktivitas apapun juga , sulit diatur, selalu merasa paling benar  .(1,2,3)


Pemeriksaan klinis
Diagnosa klinis suatu sindroma lobus frontalis cukup sulit ; karena disfungsi lobus prefrontal sering tidak terdeksi pada pemeriksaan neurology standar, maupun pemeriksaan status mental serta tes neuropsikologi  konvensional . Ada beberapa pemeriksaan klinis , tes status mental dan skala neurobehavior yang harus digunakan pada keadaan ini (1)
  1. kontrol dan program gerakan motor :
a.       penekanan pada impuls motorik dan reflek :
-          reflek menggenggam
-          tes go / no go
b.      gerakan motorik cepat: rhytm tapping
c.       gerakan serial yang kompleks
-          Luria’s hand sequences
-          Alternating pattern
  1. kontrol mental :
    1. trial making test
    2. kemampuan mengulang secara terbalik kata, hari, bulan
  2. kelancaran dan kreativitas dengan five point test
  3. memori dengan rentang digit dan word list learning
  4. tingkah laku dan emosi ; 12 items  dari neurobehavioral rating yang meliputi : gangguan emosi, depresi, gerakan yang lambat , afek tumpul, mood yang labil, disinhibisi, tidak dapat bekerja sama, kegembiraan  yang berlebihan , perhatian yang kurang , perencanaan yang kurang, penilaian diri sendiri yang kurang tepat .

Terapi
            Terapi pada suatu sindroma lobus frontalis , adalah dengan mengatasi gejala gejala yang timbul sesuai dengan underlying desease yang diketahui, dan kemudian dilakukan terapi konvensional ataupun tindakan pembedahan. Beberapa penulis selain mengatakan bahwa terapi dari keadaan ini adalah tidak spesifik , namun yang harus diperhatikan adalah konselling terhadap keluarga pasien , karena keluarga mereka yang sekarang mengalami sindroma ini bukanlah keluarga mereka yang dahulu, dalam artikata sifat, perilaku, bahkan keseharian mereka, sedikit banyak telah berubah.(1,2,3,4,5)
.
Kesimpulan
            Sindroma lobus frontalis merupakan suatu sindroma yang diakibatkan oleh terganggunya fungsi lobus frontal . Banyak macam kejadian yang dapat menyebabkan hal tersebut , namun faktor tersering adalah trauma kepala . Diperlukan anamnesa dan pemeriksaan klinis khususnya pemeriksaan fungsi luhur yang sangat teliti agar kasus kasus seperti ini dapat dideteksi . Terapi yang dilakukan pada saat ini masih membutuhkan kesabaran dan kerjasama yang baik antara pasien, dokter , dan keluarga pasien agar didapatkan hasil pengobatan yang optimal .

Daftar  Pustaka

1. Cummings JL, Miller BL . The human Frontal  Lobe ; function and disorder 1st ed.
    New York :  The Guilford Press : 1999.
2. Cummings JL, Vinters H, Felix J. The neuropsychiatry of Alzheimer disease and
     related dementia .1st ed. United Kingdom : Martin Dunitz Press: 2003 p 217-20
3. Thimble MH. Psychopathology of frontal lobe syndrome . Seminars in Meurology  ;
    vol.10,  No.3 Benraska : September 1990
4.  Frontal loce syndrome  .Available at : htt;://rickets.unl.edu/tbi/frontal/
5.  Davies S. Frontal lobe syndrome – a behavioral problem . Seminars in Neurology :
     Pittsburg : vol 5, No. 8 Februari 2001 .
6.  Waxman SG. Correlative neuroanatomy.23 ed.New York:  Lange Med. Publ: 1996 p
     195-200

2 comments:

  1. Dok, cedera lobus frontal ini bisa menyebabkan kehilangan fungsi emosi dan empati, itu apa bisa disembuhin dari terapi? Bener gak penderitanya jg gak bisa ngerasain cinta? Apa bisa jg disembuhin?

    ReplyDelete
  2. maaf dok,,kalo Hematoma Subdural itu bisa menyebabkan kerusakan pada lobus frantalis ya,,trus bisa membuat seseorang memiliki gangguan emosi ya?

    ReplyDelete